apa itu version control system

Mengenal Apa itu Version Control System dalam 5 Poin

Memahami version control system adalah suatu keharusan bagi seorang software engineer. Dengan memahami konsep dasar dan cara kerja version control system, hal ini akan sangat mempermudah software engineer dalam menyelesaikan tugas sehari-hari terutama dalam kerja tim.

Di artikel ini, kami akan membahas apa itu version control system beserta fungsi, jenis, dan cara kerjanya. Mari simak penjelasannya di bawah ini!

Apa itu Version Control System?

Version control system adalah perangkat lunak untuk melacak dan mengelola perubahan pada source code dari waktu ke waktu. Version control system (VCS) dikenal juga dengan istilah revision control atau source control system.

Version control system dapat melacak setiap modifikasi kode dalam setiap baris. VCS juga dapat menemukan kesalahan dan membandingkan kode yang telah diubah dengan versi sebelumnya, sehingga developer dapat mengetahui perbedaannya. 

Version control system memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi, sehingga efektif mengurangi kesalahan serta memudahkan pekerjaan developer.

Fungsi Version Control System

Fungsi utama version control system, yaitu melacak perubahan source code. Hal ini guna mencegah terjadinya konflik, serta melindungi source code dari kerusakan atau degradasi akibat perubahan yang tidak diinginkan. Berikut adalah beberapa fungsi version control system:

  • Pelacakan. Version control system memiliki sebuah mekanisme yang mampu menyediakan bukti semua revisi dan perubahan yang dilakukan terhadap source code dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian, developer dapat mengidentifikasi pengembangan file serta melacak kontribusi atau perubahan yang dilakukan oleh developer lainnya. 
  • Riwayat Dokumen. Version control system memiliki riwayat dokumen yang mencatat informasi mengenai perubahan suatu source code. Informasi tersebut digunakan oleh developer untuk proses pengembangan ke depannya, serta memecahkan masalah yang terjadi pada versi sebelumnya. 
  • Branching and Merging. Version control system memungkinkan para anggota tim untuk mengerjakan suatu dokumen yang sama secara independen dalam waktu bersamaan. Masing-masing kontributor yang bekerja pada alur perubahan independen disebut sebagai cabang (branch). 
  • Pengurangan Duplikasi dan Kesalahan. Version control system mengurangi duplikasi yang terjadi pada suatu source code tertentu, termasuk adanya versi yang sudah ketinggalan zaman atau sudah tidak berlaku lagi. VCS juga meminimalisir terjadinya kesalahan akibat informasi yang saling bertentangan dalam suatu source code. 
  • Management Overview. Version control system memantau penulisan kode, perubahan kode, serta dampak perubahan tersebut terhadap source code yang bersangkutan. Dengan demikian, developer dapat mengidentifikasi masalah dengan lebih efektif, serta memonitor perkembangan source code dari waktu ke waktu.

Kegunaan Version Control System

Secara umum, version control system berguna untuk memantau perkembangan proyek pembuatan software dari waktu ke waktu. Version control system juga dapat melacak setiap perubahan yang dilakukan pada suatu source code, serta mengidentifikasi kesalahan penulisan kode. Oleh karena itu, keberadaan version control system akan sangat membantu kinerja developer. Berikut adalah sejumlah kegunaan version control system:

  • Backup and Restore. Melakukan autosave ketika file sedang diedit, serta mengembalikan file ke versi sebelumnya. 
  • Sinkronisasi. Saling berbagi file dengan anggota tim lain dan update versi terbaru dari file yang bersangkutan. 
  • Undo. Melakukan undo terhadap modifikasi file yang baru saja dilakukan (short-term), maupun yang telah lama dilakukan long-term).
  • Melacak Perubahan. Melacak modifikasi yang dilakukan terhadap suatu file, serta meninggalkan pesan yang memberi keterangan mengapa Anda membuat perubahan tersebut.
  • Melacak Ownership. Melacak kontributor yang melakukan modifikasi terhadap suatu file.

Jenis Version Control System

Secara garis besar, version control system dibagi ke dalam 2 jenis: centralized (terpusat) dan distributed (terdistribusi). Berikut adalah penjelasannya:

Centralized Version Control System

Diagram alur kerja Centralized Version Control System.
Diagram alur kerja Centralized Version Control System. Gambar dari Better Explained.

Centralized Version Control System (CVCS) merupakan jenis version control system di mana kode sumber disimpan dalam satu server dan dikelola oleh seorang administrator. 

Server tersebut merupakan master repository yang memuat seluruh versi dari sebuah kode, termasuk riwayat modifikasi dan branch dari kode yang bersangkutan. Jika ingin mengerjakan sebuah project, developer atau klien perlu mendapatkan kode dari server.

CVCS sering disebut juga sebagai version control system tradisional. Secara umum, jenis version control system ini mudah dipelajari. Namun, CVCS memiliki sejumlah kekurangan dikarenakan sistem servernya yang tersentralisasi. Jika server down atau koneksi internet terganggu, maka developer tidak akan bisa berkolaborasi dengan anggota tim lainnya maupun menyimpan modifikasi kode yang telah dilakukan. 

Distributed Version Control System

Diagram alur kerja Distributed Version Control System.
Diagram alur kerja Distributed Version Control System. Gambar dari Better Explained.

Distributed Version Control System (DVCS) merupakan jenis version control system yang memungkinkan developer membuat duplikat lokal dari repository kode lengkap dengan riwayatnya. Masing-masing developer atau klien juga memiliki servernya sendiri.

DVCS diciptakan sebagai solusi dari CVCS yang dinilai terlalu ribet dan kurang efisien. DVCS dapat diakses secara offline, serta risiko kehilangan data maupun kegagalan menyimpan perubahan jauh lebih kecil. Meski begitu, DVCS relatif lebih sulit dipelajari ketimbang CVCS, terutama bagi pemula.

AspekCVCSDVCS
DefinisiSistem berbasis server dengan satu jenis sumberSistem peer-to-peer dengan lebih dari satu sumber dan duplikat lokal
Dependensi ServerMembutuhkan server sentral untuk menyimpan repository dan mengelola perubahan setiap versi kodeMasing-masing pengguna memiliki duplikat lokal dan riwayat komplit
Konektivitas InternetHanya bisa digunakan secara onlineBisa digunakan secara offline
KolaborasiKolaborasi harus melalui server sentralKolaborasi bisa dilakukan secara langsung melalui repository lokal
KecepatanWaktu respons lebih lambat karena harus melalui server sentralWaktu respons lebih cepat karena sebagian besar dilakukan secara lokal
Branching and MergingKapabilitas branching and merging terbatasKemampuan branching and merging lebih canggih dan memungkinkan pengembangan paralel secara efisien
Security and ControlKontrol terhadap akses bersifat tersentralisasi Masing-masing pengguna memiliki kendali sepenuhnya terhadap repository lokal 
SkalabilitasSkalabilitas terbatas karena seluruh operasional bergantung pada server sentralSkalabilitas tinggi karena masing-masing pengguna memiliki duplikat lokal dan dapat bekerja secara independen
Backup and RecoveryBergantung pada backup di server sentral untuk recoveryMasing-masing pengguna memiliki duplikat repository lengkap dengan opsi backup and recovery bawaan
Learning CurveMudah dipelajari dan digunakanKurang beginner-friendly
Tabel Perbedaan Centralized VCS dan Distributed VCS.

Cara Kerja Version Control System

Secara garis besar, version control system melakukan otomasi terhadap tugas-tugas version control, seperti memantau modifikasi kode, melacak riwayat perubahan, serta mengidentifikasi kesalahan penulisan kode. VCS dapat menyimpan riwayat modifikasi setiap versi kode secara otomatis yang dapat dilihat dari waktu ke waktu. 

Berikut adalah cara kerja version control system secara umum:

  • Membuat repository di mana file dan semua versinya akan disimpan.
  • Setiap perubahan terhadap file dan versinya secara otomatis disimpan dan dilacak, sehingga pengguna mengetahui apa yang diubah, begitu juga dengan waktu dan kontributor yang melakukan modifikasi. 
  • Jika pengguna atau anggota tim ingin mengerjakan suatu file, mereka dapat mengecek file yang bersangkutan, melakukan modifikasi, lalu menyerahkan hasilnya kembali ke dalam repository. 
  • Jika pengguna atau anggota tim ingin melakukan modifikasi terhadap suatu project tanpa memengaruhi hasil kerja pengguna lainnya, mereka dapat membuat branch baru yang secara esensial merupakan duplikat dari project yang bersangkutan. Mereka dapat mengerjakannya di area yang terisolasi sebelum menyatukan hasilnya dengan branch utama dari project tersebut. 

Version Control System yang Sering Digunakan

Saat ini, terdapat beberapa jenis perangkat lunak version control system yang populer di kalangan para developer. Berikut adalah tiga contoh VCS yang paling sering digunakan:

  • Git. Git adalah sebuah distributed version control system (DVCS) yang paling populer berkat kehadiran GitHub, semacam media sosial bagi para software engineer. Umumnya, Git digunakan untuk koordinasi antara para programmer yang saling berkolaborasi mengembangkan kode sumber dalam proses pengembangan software. Git cocok digunakan untuk project dengan skala yang beragam, dan sangat populer di kalangan startup, perusahaan, dan sebagainya. 
  • Mercurial. Mercurial adalah sebuah DVCS gratis yang menawarkan kemampuan branching and merging sederhana. Sistem ini memungkinkan developer melakukan rapid scaling serta pengembangan secara kolaboratif dengan interface yang intuitif. Mercurial relatif sederhana dan mudah digunakan, sehingga direkomendasikan bagi pemula. 
  • Subversion. Subversion (SVN) adalah centralized version control system (CVCS) gratis sekaligus open-source. Sistem ini menyimpan dan mengelola semua berkas dan data project dalam satu codeline yang sama. Meskipun fungsi branching and merging-nya tidak begitu canggih, SVN direkomendasikan untuk mengelola project berskala besar. 

Rekap dan Kesimpulan

Version control system (VCS) adalah sebuah software untuk melacak dan mengelola modifikasi terhadap kode sumber (source code). Selain pelacakan, VCS memiliki sejumlah fungsi lain, di antaranya branching and merging, identifikasi duplikasi dan kesalahan, serta memfasilitasi kolaborasi antara para developer. 

Secara umum, VCS terdiri dari 2 jenis, yaitu centralized version control system (CVCS) dan distributed version control system (DVCS). Sesuai namanya, CVCS hanya memiliki satu server sentral, sehingga kurang efisien dan memiliki risiko kehilangan data atau kegagalan modifikasi yang lebih tinggi. Sementara itu, DVCS memungkinkan masing-masing pengguna memiliki repository lokal, sehingga dapat bekerja secara independen dan lebih efisien. 

VCS yang populer adalah Git, Mercurial, dan Subversion (SVN). Git dan Mercurial merupakan jenis DVCS, sedangkan Subversion termasuk jenis CVCS. 

Itulah beberapa hal seputar version control system yang perlu Anda ketahui. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda!

Share:

Facebook
WhatsApp
LinkedIn
X

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *