Tren UX Research di Tahun 2019

Dalam dekade terakhir ini, bidang User Experience (UX) telah mengalami beberapa perubahan yang cukup besar. Ketika tujuan bisnis mulai berubah, teknologi berkembang pesat, dan design-thinking yang semakin luas, UX research harus bergeser untuk memberi dampak terbesar pada generasi berikutnya. Berikut 3 tren yang perlu Anda ketahui di tahun 2019 menurut Mitch Collum.

UX Research to Drive Digital Business Strategy

Para peneliti UX harus menjadi sesuatu yang dapat mempercepat proses dengan strategi digital ketika design-thinking semakin berkembang di banyak perusahaan. Pada bulan Oktober 2018, McKinsey Quarterly merilis ‘The Business Value of Design’, yaitu sebuah studi yang menunjukkan dampak menguntungkan pada ROI bagi perusahaan yang berfokus pada desain. Studi yang lain menunjukkan bahwa nilai desain dan UX mulai menjadi perhatian para eksekutif.

Ini adalah saat yang tepat untuk Anda menggunakan kesempatan tersebut di tahun 2019. Dalam UX research, jika disampaikan dengan baik pada tingkat strategi bisnis, hal itu akan memiliki dampak yang besar bagi perusahaan. Pada laporan InVision menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara perusahaan desain level 3 dan level 5 (dalam skala 1-5) yaitu UX research, eksperimen, dan penggunaannya untuk mendorong strategi desain. Jika Anda ingin mempelajari lebih mendalam tentang hal ini, Anda dapat melihat videonya Satyam Kantamneni yang berjudul Design is [Business]. Ketika perusahaan mulai fokus pada penelitian dan desain UX ke dalam pemikiran strategis, akuntabilitas di bidang ini akan menjadi lebih tinggi, yang mana hal ini akan lebih banyak check and balance. Research dan desain dengan kualitas yang tidak baik perlu diperbaiki dan perlu diteliti lebih lanjut terkait dengan work experience.

The Data Driven Design Process

Bagi Anda para peneliti, Peter Drucker mengatakan bahwa jika Anda tidak bisa mengukurnya, maka Anda tidak bisa memperbaikinya. Ketika UX research mulai memainkan peran yang lebih besar dalam strategi digital, nilai dari sebuah keputusan dalam suatu desain untuk ditunjukkan, membuat suatu aplikasi yang dapat mengukur, dan menghubungkan antara UX/CX metrics dengan key performance indicators (KPI) perusahaan. Ini berarti bahwa para peneliti UX perlu memiliki pengetahuan dasar dalam hal data. Terdapat dua manfaat ketika Anda menggunakan data driven design process, yaitu:

  • Mengukur sebuah desain dan validasinya
  • Menemukan suatu produk dan pengalamannya

Berikut adalah 3 contoh penting tentang bagaimana hal ini terjadi dalam dunia bisnis yang memiliki struktur yang sangat berbeda.

Google, perusahaan teknologi yang punya banyak portofolio, memiliki tim UX researchers yang menerapkan suatu metode yang memungkinkan untuk memvalidasi sebuah desain dan mengeksplorasi bagian tertentu dari pengalaman pengguna produknya. Kemudian hal itu dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan produk.

Uber menggunakan platform eksperimen yang memungkinkan mereka untuk menjalankan ribuan percobaan per bulan. Menentukan metrik utama sebelum percobaan dan menggunakan statistics engine untuk menjalankan A/B/N tests untuk melihat apakah setiap perubahan itu membawa peningkatan pada suatu produk. Setelah memvalidasi beberapa perbaikan, langkah selanjutnya yaitu merilis aplikasi yang baru untuk digunakan oleh setiap orang.

UX Reactor, perusahaan yang bergerak di bidang UX design, berfokus pada 5 bidang desain ketika bekerja dengan klien, yaitu adopsi, retensi, kepuasan, engagement, dan efisiensi.

Dan semua bidang tersebut diukur, divalidasi, dan dikaitkan dengan strategi KPI perusahaan.

Agile UX Research

Ketika dorongan untuk membuat sesuatu dengan cepat dan nilainya semakin meningkat dalam dunia pengembangan aplikasi, hal ini juga membuat kebutuhan terkait hasil penelitian menjadi lebih cepat pula. Ini akan terus menjadi tantangan bagi UX research, tetapi ada beberapa hal yang perlu diingat.

Tools yang digunakan oleh para peneliti UX saat ini mengalami peningkatan dalam upaya membantu para peneliti bergerak lebih cepat. Userzoom baru-baru ini menambahkan fitur produk seperti otomatisasi sumber partisipan dan transkrip video. Perusahaan seperti Tobii bahkan menambahkan produk eye tracking seperti Tobii Pro Sprint untuk mengimbangi permintaan yang cepat. Metode penelitian UX seperti R.I.T.E. juga telah membuat beberapa dampak yang bermanfaat di area agile.

Pada tahun 2019, penting bagi para praktisi UX untuk menjadi pendukung yang kuat dalam memanfaatkan penelitian UX disamping proses desain dan rilis. Merilis aplikasi secara bertahap. Google menyebutnya 1% test dan Uber memiliki platform eksperimen yang menggunakan eksperimen acak, tetapi kedua perusahaan tersebut merilis ke pengguna secara bertahap sebelum peluncuran sepenuhnya. Proses seperti inilah yang harus dilibatkan dalam penelitian UX ketika memutuskan “apakah rilis ini dapat meningkatkan experience?”

Praktisi UX mungkin menemukan diri mereka sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang lebih besar ketika menyangkut strategi digital. Kita perlu melengkapi diri dengan pengetahuan dan tools untuk mendorong perubahan yang berhasil dan merancang dunia yang lebih baik untuk semua orang.

Reference

Collum, Mitch. 2019. The State of UX Research in 2019. [Online] Available at :https://uxdesign.cc/the-state-of-ux-research-in-2019-4ba797c09b2f [Accessed February 1, 2019]

Roziq Bahtiar

Roziq Bahtiar

Saya seorang insinyur perangkat lunak, pengusaha, dan blogger teknologi. Saya merancang dan mengembangkan perangkat lunak untuk berbagai platform. Saya telah membuat situs web dan aplikasi Android yang memiliki UI dan UX yang bagus

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *